Sahabat pengusaha, sifat uang itu liar. Jika kita tak pandai mengendalikannya, uang yang akan mengendalikan kita. Salah satu teknik yang bisa dipakai untuk mengelola uang adalah dengan memahami perbedaan antara KEBUTUHAN dan KEINGINAN. Berikut penjelasannya.
Kebutuhan & keinginan adalah dua hal yang berbeda. Kebutuhan itu terbatas. Sedangkan keinginan, seringkali tak terbatas. Makan, bisa dikatakan sebagai sebuah kebutuhan. Tapi makan dengan apa, dimana, atau dengan siapa itu didasari keinginan. Rumah adalah kebutuhan, tapi memiliki rumah mewah dengan beragam fasilitas yang wah, maka kebutuhan tersebut sudah menjadi keinginan. Kendaraan, motor atau mobil misalnya adalah kebutuhan. Namun memaksakan diri untuk memiliki motor dan mobil yang lain, yang lebih bagus, atau sekedar mengkoleksi, maka bisa dikategorikan itu bukan kebutuhan, melainkan keinginan.
Kebutuhan & keinginan adalah dua hal yang berbeda. Kebutuhan itu terbatas. Sedangkan keinginan, seringkali tak terbatas. Makan, bisa dikatakan sebagai sebuah kebutuhan. Tapi makan dengan apa, dimana, atau dengan siapa itu didasari keinginan. Rumah adalah kebutuhan, tapi memiliki rumah mewah dengan beragam fasilitas yang wah, maka kebutuhan tersebut sudah menjadi keinginan. Kendaraan, motor atau mobil misalnya adalah kebutuhan. Namun memaksakan diri untuk memiliki motor dan mobil yang lain, yang lebih bagus, atau sekedar mengkoleksi, maka bisa dikategorikan itu bukan kebutuhan, melainkan keinginan.
Apakah tak boleh memanjakan keinginan?
Tentu boleh selama ada rem yang bisa mengendalikannya. Karena keinginan terutama dalam membelanjakan harta, seringkali dipengaruhi oleh bisikan setan. JIka setan sudah ikut campur, kita tahu ujungnya seperti apa. Bukan ketaatan yang kita peroleh, tapi kemaksiatan yang menjerat.
Tentu boleh selama ada rem yang bisa mengendalikannya. Karena keinginan terutama dalam membelanjakan harta, seringkali dipengaruhi oleh bisikan setan. JIka setan sudah ikut campur, kita tahu ujungnya seperti apa. Bukan ketaatan yang kita peroleh, tapi kemaksiatan yang menjerat.
Kebutuhan makan bisa dipenuhi dengan sederhana sesuai budget. Namun demin memanjakan indra pengecap, melupakan standar halal dan thoyyib. Kebutuhan kendaraan operasional bisnis bisa dipenui dengan sewa. Demi memenuhi keinginan mempunya mobil pribadi yang terbaru dan bergengsi, memaksakan diri kredit leasing yang jelas riba. Kebutuhan rumah atau kantor bisa dipenuhi dengan mengontrak/sewa. Demi memenuhi keinginan mempunya rumah pribadi yang mewah dan bergengsi, memaksakan diri dengan cicilan KPR yang sarat dengan riba. Tak hanya keimanan kita tergadai, pengelolaan harta pun terbengkalai.
Allah swt berfirman, "… Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah…” (Shād: 26).
Akan percuma harta yang diperoleh lewat cara-cara yang kotor, karena hanya akan menimbulkan penderitaan sesudahnya. Akan sia-sia prestise yang diraih dengan menghalalkan segala cara, karena hanya akan membuahkan ketidaktenangan di ujungnya. Kekurangan yang diterima apa adanya dan kondisi hidup yang disyukuri, akan lebih menjanjikan ketenangan dan kebahagiaan.
Rasul saw mengingatkan, "Dua telapak kaki manusia akan selalu tegak (di hadapan Allah), hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia pergunakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan, dan tentang tubuhnya untuk apa ia korbankan” [HR. Tirmidzi dari Abu Barzah ra.]
Sebagai pengusaha, penting bagi kita memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Agar pengelolaan harta yang kita miliki lebih berkah dan penuh manfaat.
--- SBC Global ---
0 komentar:
Posting Komentar